Tiga Ekor Sapi di Desa Naro Mati Mendadak
MEUREUDU - Tiga ekor sapi milik warga Desa Naro Timu, Kecamatan Ulim, Pidie Jaya, Senin (27/8) mati mendadak. Sapi tersebut mati dengan gejala perut kembung secara mendadak. Selain tiga ekor mati dalam waktu bersamaan, seekor lainnya berhasil disembelih ketika mulai gejala kembung perut terjadi.
Seperti diutarakan Hasbi, seorang warga Naro kepada Serambi bahwa ternak yang disembelih itu kondisinya belum begitu parah, tapi karena takut mati seperti tiga ekor sapi lainnya, sehingga langsung disembelih. Untuk menghindari musibah lanjutan, peternak mengharapkan perhatian dinas terkait.
Kata Hasbi, masyarakat menghendaki adanya bimbingan atau penyuluhan dari petugas peternakan kepada peternak, sehingga nantinya jika ditemui gejala penyakit seperti itu, baik pada sapi atau kerbau setidaknya ada upaya pencegahan dini. Diakui, rata-rata masyarakat tidak mengerti cara mengatasi penyakit sapi tersebut.
Ke tiga sapi yang mati mendadak sejak Senin pagi hingga menjelang petang kemarin yaitu, milik M Yasin satu ekor, milik Azhar satu ekor dan satu lainnya belum diketahui pemiliknya. Sedangkan yang sempat disembelih adalah milik Yasin. Menjelang mati, kondisi sapi dimaksud perutnya mendadak kembung disertai dengan keluarnya air liur yang banyak melalui mulut dan hidung bagaikan buih.
Hasil pemeriksaan secara kasat mata oleh drh Muzakir Ismail, Kabid Pengembangan Produksi dan Pengolahan Hasil Ternak Distannak Pijay menyimpulkan, bahwa kematian ketiga sapi itu karena terkena penyakit Timpani. Penyakit dimaksud timbul secara dadakan akibat penimbunan gas dalam lambung setelah mengkonsumsi makanan. “Penyakit ini tidak menular, “kata Muzakir.
Ditanya bagaimana dengan sapi yang nyaris mati kemudian disembelih, apakah dagingnya aman dikonsumsi, Muzakkir mengatakan bahwa itu tak ada pengaruh apa-apa. “Daging dari sapi yang sakit itu aman jika dikonsumsi,” katanya lagi. Kecuali itu, sementara Senin (27/8) dinihari, seekor sapi milik warga Gampong Blang Dalam Bandardua dilaporkan dijarah maling. Diduga, sapi tersebut berhasil digiring maling dari kandang setelah dibius.(ag)
Editor : bakri
Sumber:"Serambinews.com"
Seperti diutarakan Hasbi, seorang warga Naro kepada Serambi bahwa ternak yang disembelih itu kondisinya belum begitu parah, tapi karena takut mati seperti tiga ekor sapi lainnya, sehingga langsung disembelih. Untuk menghindari musibah lanjutan, peternak mengharapkan perhatian dinas terkait.
Kata Hasbi, masyarakat menghendaki adanya bimbingan atau penyuluhan dari petugas peternakan kepada peternak, sehingga nantinya jika ditemui gejala penyakit seperti itu, baik pada sapi atau kerbau setidaknya ada upaya pencegahan dini. Diakui, rata-rata masyarakat tidak mengerti cara mengatasi penyakit sapi tersebut.
Ke tiga sapi yang mati mendadak sejak Senin pagi hingga menjelang petang kemarin yaitu, milik M Yasin satu ekor, milik Azhar satu ekor dan satu lainnya belum diketahui pemiliknya. Sedangkan yang sempat disembelih adalah milik Yasin. Menjelang mati, kondisi sapi dimaksud perutnya mendadak kembung disertai dengan keluarnya air liur yang banyak melalui mulut dan hidung bagaikan buih.
Hasil pemeriksaan secara kasat mata oleh drh Muzakir Ismail, Kabid Pengembangan Produksi dan Pengolahan Hasil Ternak Distannak Pijay menyimpulkan, bahwa kematian ketiga sapi itu karena terkena penyakit Timpani. Penyakit dimaksud timbul secara dadakan akibat penimbunan gas dalam lambung setelah mengkonsumsi makanan. “Penyakit ini tidak menular, “kata Muzakir.
Ditanya bagaimana dengan sapi yang nyaris mati kemudian disembelih, apakah dagingnya aman dikonsumsi, Muzakkir mengatakan bahwa itu tak ada pengaruh apa-apa. “Daging dari sapi yang sakit itu aman jika dikonsumsi,” katanya lagi. Kecuali itu, sementara Senin (27/8) dinihari, seekor sapi milik warga Gampong Blang Dalam Bandardua dilaporkan dijarah maling. Diduga, sapi tersebut berhasil digiring maling dari kandang setelah dibius.(ag)
Editor : bakri
Sumber:"Serambinews.com"